Karnaval Suara Horeg di Sutojayan Malang, Mesin Penggerak Ekonomi Desa

·

·

Fenomena Sound Horeg di Kabupaten Malang

Sound horeg, sebuah fenomena yang kini telah menjamur di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Malang. Meskipun menuai pro dan kontra terkait volume suara yang bisa mencapai 130 dB atau lebih, karnaval sound horeg tetap menyimpan banyak cerita dan pengalaman unik.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jawa Timur dan Jember mengeluarkan fatwa haram terhadap sound horeg karena dinilai lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Namun, pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kepolisian berusaha menyeimbangkan antara kebolehan penggunaan sound system dengan aturan keamanan di jalan, batas desibel, dan norma agama.

Meski ada perdebatan, sound horeg juga mendapat respon positif dari para pelaku yang terlibat didalamnya. Mulai dari penjual makanan atau UMKM, perias atau MUA hingga pengusaha sound itu sendiri. Selain itu bagi pecinta musik, sound horeg menjadi ajang rekreasi yang menyenangkan. Ini adalah kesempatan untuk melepas penat, menikmati musik dengan teman-teman, dan bersosialisasi dengan orang baru. Sound horeg juga dapat mempererat hubungan sosial antar warga atau komunitas tertentu.

Tribun Jatim Network berkesempatan melihat secara langsung salah satu karnaval budaya dengan menggunakan sound horeg di Kabupaten Malang yakni di Desa Sutojayan, Kecamatan Pakisaji, pada Sabtu (27/9/2025). Kemeriahan karnaval sudah terjadi sejak Jumat (26/9/2025) malam. Mereka melakukan cek sound serta gladi bersih sebelum pelaksanaan.

Salah satu peserta karnaval, Eka Putri (17) warga Desa Sutojayan RT 2 RW 2 itu mengaku telah mempersiapkan gelaran tersebut sejak dua bulan terakhir. Ia bersama warga RT nya juga rela merogoh kocek untuk menyewa sound dan kostum serta merias saat karnaval.

\”Kami sudah sejak lama mempersiapkan, mulai dari iuran warga hingga melatih gerakan sejak dua bulan terakhir,\” terang Eka sapaan akrabnya. Ia mengaku meski dada dan telinga sakit tidak menyurutkan niatnya untuk mengikuti karnaval.

\”Ya sakit sih dada sama telinga tapi ini ada pengamannya pakai kapas. Kita sewa kostum per orang Rp 200 ribu dan kali ini mengangkat konsep Topeng Ireng,\” tutur Eka.

Tidak hanya peserta yang menikmati gelaran karnaval tersebut, namun Makeup Artist (MUA) juga kebagian rezeki dari gelaran tersebut. Citra Puji Lestari salah satu MUA yang merias peserta karnaval mengaku jika selama musim karnaval bisa mendapatkan cuan jutaan rupiah.

\”Alhamdulillah kami kebagian rezeki saat musim karnaval bahkan sejak sebelum bulan Agustus lalu,\” terang Citra. Citra bilang dirinya bisa merias satu hingga dua RT sekaligus dibantu dengan timnya.

\”Sekali event bisa satu hingga dua RT sekitar 50-60 orang dibantu sama tim juga. Biasanya per orang Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu,\” kata pemilik Salon Citra di Pakisaji, Kabupaten Malang itu.

Terlepas dari pro dan kontra, Citra menambahkan bahwa tidak hanya dirinya yang terdampak namun para pedagang hingga pengusaha sound juga mendapatkan rezeki dari gelaran tersebut.

\”Sebagai perias meski banyak pro dan kontra tapi banyak juga nilai plusnya. Saat bulan karnaval kita banyak job bahkan sebelum bulan Agustus,\” katanya. \”Tidak hanya saya, para pedagang hingga pengusaha sound serta persewaan kostum juga mendapat rezeki dari karnaval,\” tambahnya.

Hal senada juga dikatakan salah satu pengusaha Sound Horeg yang disewa warga Desa Sutojayan. Suryanto didampingi anaknya menjelaskan meski pro dan kontra, dirinya mengaku juga mendapatkan penghasilan dari persewaan sound.

\”Ya perdebatan pro dan kontra sudah biasa mas, apalagi sound horeg sekarang lagi ramai-ramainya,\” terang pria asal Ngajum, Kabupaten Malang itu. \”Dari segi agama banyak yang kurang cocok saat ini, tapi tergantung yang menyikapinya,\” tambahnya.

Pemilik NC Audio itu mengatakan jika kurang setuju jika peserta karnaval mengenakan kostum yang terbuka. \”Ya kalau banyak dancer-dancer yang terbuka kostumnya saya kurang setuju, kan banyak anak-anak kecil juga yang menonton,\” katanya. Ia berharap nantinya para peserta karnaval dapat mengemasnya lebih bagus.

\”Ya saya harap nantinya para peserta karnaval mengemasnya lebih bagus dan enak di tonton,\” harapnya. Suryanto menuturkan jika biaya pembuatan sound sendiri mencapai ratusan juta rupiah. \”Saya mulai tahun 2010, dulu satu set kurang lebih Rp 400 sampai Rp 500 juta rupiah,\” tuturnya. \”Saat ini saya sound saya disewa 12 sub dengan harga sewa Rp 17 juta,\” tambahnya.

Tidak hanya itu, Warga Desa Sutojayan yang ikut memeriahkan karnaval sound horeg, Sunaryo menjelaskan jika kegiatan karnaval dimulai dari musyawarah. \”Kan kita dapat pemberitahuan dari desa, lalu para pemuda RT RW setuju dengan adanya karnaval terus kita rapat disetiap RT,\” terang Sunaryo. Dirinya bilang jika untuk memeriahkan karnaval sound warga melakukan iuran secara swadaya.

\”Jadi kita iuran setiap minggu ada yang Rp 15 ribu ada yang Rp 20 ribu nanti setahun terkumpul per orang bisa Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu,\” katanya. Terkait pro dan kontra Sunaryo tidak memaksakan warga semua terlibat. \”Jadi soal itu, kita tidak memaksa, kalau ikut monggo kalau tidak yang ndak papa. Intinya kita meramaikan ajang tahunan ini untuk memperingati HUT RI,\” jelasnya.

Sementara itu Kepala Desa Sutojayan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Siti Ruqoiyah menjelaskan jika tujuan utama menggelar karnaval untuk memberikan kekompakan antar warga. \”Tujuan utama karnaval budaya ini tentunya untuk memberikan kekompakan antar warga,\” terang Siti Ruqoiyah. Pihaknya bilang jika para peserta dari warga desa dan lembaga terkait seperti sekolah.

\”Jadi semua dari warga total ada 25 an baik warga RT dan RW dan juga ada dari sekolah-sekolah,\” katanya. Siti Ruqoiyah menuturkan jika kegiatan karnaval ini diadakan setiap tahun untuk memperingati HUT RI. \”Jadi ini agenda tahunan untuk memperingati HUT RI, kita sosialisasi semua setuju. Kita laksanakan demi guyub rukun antar warga di Desa Sutojayan,\” imbuhnya.

Meski karnaval Sound Horeg menuai perdebatan, ternyata kegiatan yang menyedot animo warga ini menjadi penggerak ekonomi lokal. Dari pantauan Tribun Jatim Network mulai dari persewaan sound, MUA, persewaan kostum, pedagang hingga parkir kendaraan perputaran uang yang terjadi dalam satu kali event hampir Rp 1 miliar. Tidak hanya itu lapangan kerja juga tercipta seperti teknisi audio, kru panggung, penjual makanan, hingga konten kreator. Selain itu juga menjadi potensi wisata di Kabupaten Malang seperti Pesona Gondanglegi yang menjadi agenda wisata tahunan dengan menggelar karnaval dengan sound horeg yang akan berlangsung pada November 2025 mendatang.


Leave a Reply

ASKAI NEWS | Kupon kode diskon: OKTOBERUN Selama bulan Oktober.


 

Translate »